macam-macam krupuk khas gresik
Gresik bukan saja terkenal dengan kota industri, tapi juga terkenal dengan keanekaragaman makanan yang khas.
salahsataunya adalah krupuk, anda pasti sudah mengenal krupuk bukan, jika anda membicarakan tentang krupuk kunjungi kota gresik. maka anda akan menemukan berbagai macam krupuk
maka segeralah anda mengunjungi koata gresik.
dan salah satu krupuk yang 1 ini tidak boleh untuk anda lupakan saat anda berkunjung ke kota gresik.
Krupuk goreng wedi
cita rasa krupuk goreng wedi khas gresik .
Aku sendiri penasaran tentang krupuk itu dan bertanya bagaimana proses pembuatannya - barangkali pertanyaanku diluar dugaannya, "kok malah tanya krupuk" bukan kesuksesan anak-anaknya - bagiku bagian Krupuk ini lebih penting. Ini mengingatkan masa-masa dahulu, zaman dimana ada daerah terpencil yang jauh dari peradaban kota, tak berlampu dan beraspal. Kira-kira begitu bayanganku.
Ia pun bercerita, pasir diambilnya langsung dari kali, jadi pasir ini bersih.Lalu ditaruh di atas wajan yang besar dan wajan tersebut ditaruh diatas tungku api kayu yang menyala. Kalau pasir sudah panas nas...barulah krupuk dimasukkan dan kalau mau asin tambahkan garam. Dan saat penggorengan tersebut akan keluar bunyi-bunyian --seperti petasan kecil-kecil. "hhmm",...aku mendengarkan pejelasannya.
Keesokan paginya, kami bicara kembali dan travel sudah mulai masuk ke wilayahnya di Weleri. Terus masuk jauh ke dalam...melewati hutan-hutan, sungai, swah, kuburan, jalan-jalan sempit tak beraspal, gedung-gedung SD yang mulai tampak suram cat-nya, bangunan-bangunan rumah yang tak teratur, gang-gang sempit, bocah-bocah kecil tak berkaos bermain-main dengan tanah, ibu-ibu yang nongkrong di halaman rumah dan berseliweran di dapur.
Tibalah aku di rumah ibu itu, tidak didepan jalan raya besar, tetapi di sebuah lapangan bulu tangkis tak berumput...bertanah merah dan ngebul. Ia pun berteriak..."le..le..." sambil menurunkan barang-barang bawaannnya - ternyata masih ada dua koper baju di bagasi. -- anak laki-lakinya keluar menyambut kedatangannya dan keluar sanak saudaranya yang lain...
"Ambilin krupuk, pak sopir mau beli..."
"Ini bule..." seorang perempuan berlari tergopoh-gopoh membawa tiga kantong krupuk. Satu diberikan kepada pak sopir travel. Karena penasaran aku bertanya..
"satu kantong berapa bu..."
"lima ribu lima ratus"
"Beli satu...yang ini..." jawabku memilih dan mengeluarkan uang enam ribu rupiah.
"Ya...sudah bayar lima ribu saja nak"
"makasih ya...sampai ketemu lagi" aku menutup pintu travel.
Dan travel pun melanjutkan perjalanan, menuju rumah tujuan. Aku memandangi satu kantong besar krupuk itu. Krupuk itu tampak keset, tak ada kilatan minyak, rengah, dan sedikit sekali titik-titik hitam pasir. Aku pandangi krupuk itu sambil berpikir, tak perlu minyak untuk bisa makan krupuk di zaman yang berjibun merk -merk minyak goreng dimarket-market.
Sampai di rumah aku ceritakan kisah sampai beli krupuk ini, -- sambil menikmati krupuk tentunya dan enak lho -- yang telah menghantarkan seorang ibu [penjual krupuk goreng wedi] kepada anak-anaknya yang sudah menjadi "orang" dikota
Ia pun bercerita, pasir diambilnya langsung dari kali, jadi pasir ini bersih.Lalu ditaruh di atas wajan yang besar dan wajan tersebut ditaruh diatas tungku api kayu yang menyala. Kalau pasir sudah panas nas...barulah krupuk dimasukkan dan kalau mau asin tambahkan garam. Dan saat penggorengan tersebut akan keluar bunyi-bunyian --seperti petasan kecil-kecil. "hhmm",...aku mendengarkan pejelasannya.
Keesokan paginya, kami bicara kembali dan travel sudah mulai masuk ke wilayahnya di Weleri. Terus masuk jauh ke dalam...melewati hutan-hutan, sungai, swah, kuburan, jalan-jalan sempit tak beraspal, gedung-gedung SD yang mulai tampak suram cat-nya, bangunan-bangunan rumah yang tak teratur, gang-gang sempit, bocah-bocah kecil tak berkaos bermain-main dengan tanah, ibu-ibu yang nongkrong di halaman rumah dan berseliweran di dapur.
Tibalah aku di rumah ibu itu, tidak didepan jalan raya besar, tetapi di sebuah lapangan bulu tangkis tak berumput...bertanah merah dan ngebul. Ia pun berteriak..."le..le..." sambil menurunkan barang-barang bawaannnya - ternyata masih ada dua koper baju di bagasi. -- anak laki-lakinya keluar menyambut kedatangannya dan keluar sanak saudaranya yang lain...
"Ambilin krupuk, pak sopir mau beli..."
"Ini bule..." seorang perempuan berlari tergopoh-gopoh membawa tiga kantong krupuk. Satu diberikan kepada pak sopir travel. Karena penasaran aku bertanya..
"satu kantong berapa bu..."
"lima ribu lima ratus"
"Beli satu...yang ini..." jawabku memilih dan mengeluarkan uang enam ribu rupiah.
"Ya...sudah bayar lima ribu saja nak"
"makasih ya...sampai ketemu lagi" aku menutup pintu travel.
Dan travel pun melanjutkan perjalanan, menuju rumah tujuan. Aku memandangi satu kantong besar krupuk itu. Krupuk itu tampak keset, tak ada kilatan minyak, rengah, dan sedikit sekali titik-titik hitam pasir. Aku pandangi krupuk itu sambil berpikir, tak perlu minyak untuk bisa makan krupuk di zaman yang berjibun merk -merk minyak goreng dimarket-market.
Sampai di rumah aku ceritakan kisah sampai beli krupuk ini, -- sambil menikmati krupuk tentunya dan enak lho -- yang telah menghantarkan seorang ibu [penjual krupuk goreng wedi] kepada anak-anaknya yang sudah menjadi "orang" dikota
0 komentar:
Posting Komentar